SEMARAK PROSESI MAPEPADA AGUNG MENYAMBUT PUNCAK KARYA NGUSABA KADASA DI BATUR

LOKADEWATA, BANGLI – Ribuan krama atau masyarakat adat dari desa-desa sekitar lereng Gunung Batur mengikuti prosesi Mapepada Agung pada Minggu (24/3). Prosesi tersebut merupakan salah satu rangkaian upacara Karya Ngusaba Kadasa di Pura Ulun Danu Batur, Desa Adat Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.

Mereka bergotong royong membawa aneka sesaji yang akan dipersembahkan saat upacara yang berlangsung di Pura Ulun Danu Batur saat tengah malam. Tabuhan gamelan terdengar bertalu-talu hingga suasana terasa makin semarak.

Tokoh Batur, Jero Gede Batur Duwuran, menjelaskan umat yang terlibat tidak hanya warga asli Desa Adat Batur. Prosesi itu juga diikuti oleh warga dari desa sekitar maupun desa yang memiliki sejarah kuat dengan keberadaan Pura Ulun Danu Batur.

“Kalau dihitung mencapai sekitar 40 kelompok lebih yang ikut iring-iringan. Jadi, mereka berjalan memutar di jalan depan pura, membentuk seperti gelang atau disebut purwa daksina,” jelas Jero Gede Batur Duwuran.

Prosesi diawali dengan beberapa persembahan kecil di dalam pura. Masyarakat yang ikut dalam iringan sudah menunggu di jalan raya depan pura. Setelah semua siap, mereka membentuk barisan dan berjalan layaknya pawai.

Benda-benda sakral seperti pralingga dan pratima para dewa di Pura Ulun Danu Batur juga turut dibawa menyusuri wilayah desa. Perjalanan dimulai dari depan pura menuju arah selatan desa sejauh 1 kilometer, lalu berbalik ke arah utara sampai di perbatasan Desa Adat Batur dengan Desa Kintamani, dan terakhir kembali lagi ke depan pura.

Mapepada agung, Jero Gede Batur Duwuran melanjutkan, bertujuan untuk menyucikan seluruh piranti atau sarana upacara yang bakal digunakan saat pujawali atau puncak karya di Pura Ulun Danu Batur. Prosesi itu juga untuk menyucikan area desa. Umat menghaturkan aneka palawija, hewan, jajan, buah, bunga, dan peralatan lainnya.

“Dengan adanya karya atau upacara yang sudah berlangsung rutin setiap tahun ini, kita berdoa untuk Bali. Agar Bali tentram dan damai, sejuk, ekonomi masyarakatnya bisa meningkat,” ungkapnya.

Prosesi lainnya juga sudah digelar sejak Sabtu (23/4). Pada minggu pagi, prosesi dilanjutkan dengan persembahan yang digelar oleh sejumlah perwakilan subak.

Jero Gede Batur Duwuran mengungkapkan puncak dari segala rangkaian ritual dilaksanakan hari ini, bertepatan pada purnama sasih kadasa berdasarkan penghitungan kalender Bali. Pujawali atau puncak upacara berlangsung pukul 12 malam dan rangkaiannya berlangsung hingga 5 April 2024.

“Warga mengikuti persembahyangan dalam suasana hening dan sepi, sehingga lebih khusyuk. Ini sudah dilakukan bertahun-tahun dan kami laksanakan sesuai yang tercatat di purana,” tegasnya. (DC/AP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *