SUMADIYASA FEAT BALAWAN BERKARMA DI GOEKS

LOKA DEWATA, GIANYAR – Alunan suara AUM (OM) menggema di keheningan petang. Aksara suci penguasa hidup dan kehidupan tersebut, dilantunkan dengan penuh jiwa oleh perupa I Made Sumadiyasa diiringi petikan gitar pemusik kenamaan I Wayan Balawan. Alunan mantra puja pencipta alam itu direspons gerak tari dan puisi oleh sejumlah pelaku seni.

GEOKS Singapadu, Gianyar, adalah saksi bisu betapa indahnya kolaborasi seni Sabtu (15/1) petang itu, dalam acara launching album II Berkarma (BERnyanyi, berKARya dan lantunkan MAntra) karya I Made Sumadiyasa featuring I Wayan Balawan. Duet apik pelukis abstrak dan maestro musik kenamaan Bali itu direspons performance dance penari Adi Siput pendiri Sanggar Surapradnya beserta putri kecilnya dan Henni Kesari, sang istri Sumadiyasa.

Tambah sempurna, penampilan Sumadiyasa-Balawan diperkuat untaian kata-kata puitis oleh sastrawan Dewa Putu Sahadewa, Wayan Jengki Sunarta, April Artison, dan Mira MM Astra. Dalam membawakan lagu berjudul Ratu Anom, penampilan Sumadiyasa-Balawan dipercantik oleh alunan seruling pelukis Made Gunawan. Aksi seninya juga diperkuat pemain keyboard, I Gede Yudisthira.

Ada sejumlah lagu dilantunkan dalam acara yang didukung Dedari Arts Insitute pimpinan sastrawan dan praktisi kesehatan dr. Dewa Putu Sahadewa, Sp.OG. ini. Yakni, Hari OM, OM Namah Shivaya, Sarvesham Svastir Bhavatu, Maha Mritynjaya, Ratu Anom dan De Ngaden Awak Bisa. Di akhir penampilan, Sumadiyasa merespons lagu dengan melukis abstrak di media kanvas berbentuk bulat.

Gelar seni tersebut mendapat apresiasi kalangan seniman dan pemilik GEOKS Prof. Dr. I Wayan Dibia. Prof. Dibia menyambut baik peluncuran album II Berkarma yang dimeriahkan kolaborasi senirupa, musik dan seni suara ini. Jika sebelumnya, GEOKS kerapkali digunakan media masolah oleh para penari, kali ini Geria Olah Kreativitas Seni miliknya, juga dipakai masolah atau mayoga seni oleh I Made Sumadiyasa feat I Wayan Balawan, dkk.

“Kami sangat mengapresiasi kolaborasi seni ini. GEOKS sangat terbuka untuk siapa saja dalam berkreativitas seni, ” ujar guru besar ISI Denpasar dan mantan Ketua STSI itu.

Acara tersebut diawali dengan talk dharma oleh dr. Wayan Mustika dari Rumah Semesta. Dalam kesempatan itu dr. Mustika berbicara asal muasal terciptanya alam semesta dan kehidupan. Dalam proses penciptaan itu muncul suara AUM (OM). Kemudian apa yang dilantunkan Sumadiyasa dalam albumnya, dinilai sebagai ungkapan puja puji syukur kepada sang pencipta alam atas anugerah-Nya.

“Tidak terasa pada tampilan koreo dan lagu Ratu Anom serta puisi mantra Dewa Sahadewa, sudut mata saya melembap karena tak tertahan dari dalam. Setiap bagian lagu terasa sekali energinya. Terimakasih Pak Dewa, Pak Made Sumadiyasa, Bu Henni Kesari, Balawan dkk. Banyak yg tak bisa diungkap, ” ujar dr. Mustika usai menonton pertunjukan itu.

Sementara itu I Made Sumadiyasa menyampaikan, lewat alunan lagu itu diharapkan sang pencipta alam semesta selalu memberi vibrasi kesucian, dan anugerah kerahayuan kepada semesta beserta isinya.

“Inilah salah satu cara saya mewujudkan syukur atas anugerah Tuhan, sang pencipta alam semesta, yakni lewat berkarma yaitu bernyanyi, berkarya dan melantunkan mantra, seperti dalam judul album II Berkarma. Semoga ada manfaatnya, ” ujar perupa I Made Sumadiyasa, pelukis lulusan ISI Yogyakarta yang namanya sudah tersohor di mancanegara. (RK/LOKA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *