DALAM 3 BULAN, KASUS HIV/AIDS MENINGKAT DI JEMBRANA

LOKADEWATA, JEMBRANA – Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Jembrana, meningkat dalam tiga bulan terakhir. Sejak Januari hingga Maret 2023, terdapat tambahan 15 orang yang terinfeksi HIV/AIDS, satu di antaranya ibu hamil.

Berdasarkan data Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) pada Dinas Kesehatan Jembrana, terjadi penurunan pada kasus baru HIV/AIDS pada 2018 hingga 2021. Namun, meningkat tajam pada 2022 dan terus bertambah sampai tahun ini.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana I Made Dwipayana mengatakan satu kasus baru pada ibu hamil terjadi pada rentang usia antara 20 hingga 45 tahun.

Kasus HIV/AIDS pada ibu hamil dapat diketahui melalui tes kehamilan. Tes tersebut sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang wajib dilakukan oleh ibu hamil.

Selain ibu hamil, Dwipayana menyebutkan ada tujuh kelompok lain yang rentan terhadap risiko terinfeksi HIV/AIDS. Di antaranya pasien TBC, pasien IMS, penjaja cinta, lelaki yang berhubungan dengan lelaki, transgender atau waria, dan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).

Jumlah kumulatif orang dengan HIV/AIDS (ODHIV) di Kabupaten Jembrana saat ini mencapai 519. Dari jumlah tersebut, 74 orang telah meninggal, dan hanya 473 orang yang rutin mengkonsumsi ARV. Sedangkan, 46 orang lainnya tidak mengkonsumsi ARV.

“Upaya telah dilakukan untuk menekan kasus HIV/AIDS di Jembrana dengan melakukan sosialisasi, termasuk ke sekolah-sekolah. HIV/AIDS lebih disebabkan oleh perilaku,” papar Dwipayana, Sabtu (1/4/2023). Saat ini, lanjut Dwipayana, Jembrana telah memiliki fasilitas mobile Valuntary Counselling and Testing (VCT).

“Masyarakat harus lebih waspada terhadap risiko penularan virus HIV/AIDS dan menghindari perilaku yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi,” kata Dwipayana.

Bagi masyarakat yang ingin mengetahui status HIV bisa memanfaatkan tes gratis dan datang langsung datang ke layanan tes HIV yang tersedia. Layanan tersebut tersedia di seluruh puskesmas di Jembrana, satu RS pemerintah dan tiga RS swasta, serta di klinik Rutan Negara.

“Semakin cepat kita mengetahui status HIV, akan semakin baik. Karena, jika hasil negatif, kita bisa mempertahankan perilaku yang aman. Jika (hasil) positif akan langsung diberikan anti retrovirus (ARV) untuk menekan perkembangan virus, sehingga kualitas hidup ODHIV tetap terjaga dengan baik,” tandas Dwipayana. (AP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *