LOKADEWATA, JEMBRANA – Sebagian wilayah Jembrana, Bali, masih dilanda kekeringan. BPBD Jembrana mencatat ada 18 titik wilayah dari 8 desa di empat kecamatan mengalami krisis air bersih dampak kemarau panjang.
Sekretaris BPBD Jembrana I Putu Agus Artana Putra menyebutkan kondisi krisis air sudah terjadi sejak pertengahan Agustus 2023. “Secara umum yang parah itu di Kelurahan Pendem dan Sekar Kejula Desa Yeh Embang Kauh,” ungkap Artana, Selasa (31/10).
Dari 18 wilayah tersebut, sedikitnya ada 1.896 KK atau 7.584 jiwa yang terdampak kekeringan. Sementara, jumlah air bersih yang sudah didistribusikan sebanyak 391.900 liter ke semua wilayah.
Bahkan, sejumlah tandon hingga penampungan air dari terpal juga disediakan. “Tandon ini disediakan untuk wilayah yang memang sangat membutuhkan air bersih,” kata Artana.
Artana mengatakan BPBD juga menerima laporan dua banjar di Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, juga mengalami krisis air. Dua banjar itu adalah Banjar Sari Kuning dan Banjar Sombang.
“Ada laporan baru juga hari ini, dua banjar di Desa Tukadaya. Akan kami assessment dan bantu distribusi air bersih,” jelasnya.
18 wilayah itu di antaranya sebagai berikut:
1. Pancardawa
2. Dewasana
3. Pancaseming
4. Sekar Kejula (Tempek Jati)
5. Sekar Kejula (Tempek Gomg)
6. Sawe Rangsasa
7. Sombang
8. Kepuh
9. Berangbang
10. Penyaringan
11. Dauh Waru
12. Manistutu
13. Banjar Berangbang
14. Banjar Benel
15. Pura Belatung Tukadaya
16. Banjar Pendem
17. Banjar Munduk
18. Tumpeng Kelod
(DC/AP)