LOKADEWATA, KARANGASEM – Para petani cabai di Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali, gagal panen di tengah harga cabai naik di pasaran. Sebab, sebagian besar tanaman cabai layu dan buahnya membusuk akibat kemarau ekstrem.
Berdasarkan pantauan pada Selasa (31/10), hampir seluruh tanaman cabai di Desa Bungaya layu bahkan mati. Padahal saat ini merupakan puncak musim panen.
Akibat kondisi tersebut, para petani cabai mengaku merugi. Salah seorang petani cabai di Desa Bungaya I Nengah Kari mengatakan tanaman cabai mulai layu sejak sebulan lalu.
“Untuk penyebabnya murni karena cuaca yang terlalu panas. Untuk rugi sih tidak cuman omzetnya yang menurun jadinya sekarang,” kata Kari saat ditemui di kebun cabai miliknya Selasa.
Kari menyebut omzet dalam sekali panen bisa mendapatkan sekitar Rp 1-2 juta. Sejak sebulan lalu baru sebanyak 5 kali panen.
Kalau tidak layu dan mati, cabai bisa panen sekitar 8 kali lagi. Sehingga omzet yang terancam hilang sekitar Rp 15 juta lebih.
Hal senada juga dikatakan Ni Wayan Sutri. Ia mengaku pusing dengan kondisi cabainya saat ini. Sebab harga jual cabai saat ini menyentuh harga Rp 40-50 ribu per kilogram di petani ke pengepul.
“Hampir sebagian besar tanaman cabai yang ada di Desa Bungaya saat ini layu dan terancam tidak bisa dipanen lagi,” ungkap Sutri.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Karangasem I Nyoman Siki Ngurah mengaku akan mengecek terlebih dahulu ke lapangan terkait kondisi tersebut.
“Saya hubungi petugas yang ada di wilayah tersebut untuk melakukan pengecekan. Supaya bisa dipastikan tanaman cabai tersebut layu karena apa, sehingga bisa secepatnya dicarikan solusi,” kata Siki Ngurah. (DC/AP)