LOKADEWATA, BANGLI – Sejumlah petani di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Batur Bukit Payang berunjuk rasa di pesisir Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Mereka menolak pembangunan taman hiburan di TWA Gunung Batur Bukit Payang oleh PT Tanaya Pesona Batur (TPB).
Para petani menolak direlokasi dan diratakan lahan garapannya demi proyek pembangunan sarana wisata alam oleh PT TPB.
“Saya Wayan Prin, mewakili petani di kawasan TWA Gunung Batur, merasa keberatan dengan datangnya PT Tanaya Pesona Batur, karena kami sudah turun temurun tinggal di sini,” kata salah seorang warga, Wayan Prin dalam siaran pers Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali, Kamis malam (26/10).
Aksi mimbar bebas yang digelar oleh petani sekitar pukul 13.30 Wita. Aksi ini diawali dengan doa bersama dan dilanjutkan dengan panggung rakyat.
Warga membawa poster yang menunjukkan tuntutannya untuk menolak penggusuran lahan oleh PT TPB saat berkumpul. Tulisan dalam poster di antaranya adalah ‘Tolak PT Tanaya Pesona Batur’, ‘Tolak Kriminalisasi’, dan ‘Bapak Presiden Jokowi Tolong Bantu Kami’. Para petani juga meneriakkan yel-yel menolak penggusuran lahan oleh PT TPB.
Para petani yang terdampak proyek pembangunan sarana wisata alam PT TPB menilai perizinan usaha yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tidak partisipatif. Sebab, warga yang tinggal di TWA Gunung Batur dan terdampak proyek tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan izin usaha.
Bahkan, pada 17 Oktober 2023, dua alat berat ekskavator milik perusahaan merangsek ke pekarangan dan lahan garapan warga. Tindakan dari PT TPB itu semakin menimbulkan rasa kemarahan oleh warga.
Ahmad Fauzi dari LBH menyampaikan bahwa masyarakat yang terdampak pembangunan PT TPB perlu bersolidaritas untuk mempertahankan lahan. Ahmad mengajak masyarakat untuk bergotong-royong dalam mempertahankan lahan.
“Mulai hari ini, kita harus bergotong royong, bahu membahu, melindungi, mempertahankan tanah, lahan, dan ruang, bapak-bapak, ibu-ibu, sekalian,” tegas Fauzi di hadapan para petani. (DC/AP)