DENPASAR, LOKADEWATA.COM — Pada pelaksanaan Puncak Karya Pengurip Gumi di Pura Luhur Batukau, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati turut serta ngaturang ayah mesolah topeng sidakarya. Dalam kesempatan ini Wagub mengajak para generasi muda untuk melestarikan budaya Bali, salah satunya seperti mempelajari serta dapat menerapkan tarian-tarian Bali. Mengingat hal ini sangat penting baik untuk kebutuhan beryadnya dan juga menjaga budaya yang telah diwarisi turun-temurun dari nenek moyang. Karya yang dipuput oleh 14 sulinggih dari Karangasem, Gianyar dan Tabanan yang merupakan Sarwa Sedaka ini dilaksanakan pada Kamis (20/2).
Menurut ajaran sastra agama, wajib melaksanakan Panca Yadnya, yakni : Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya. Melaksanakan Panca Yadnya itu dilatarbelakangi oleh unsur keyakinan adanya tiga hutang yang disebut Tri Rna, yaitu : Dewa Rna, Resi Rna dan Pitra Rna. Sementara Pementasan Topeng Sidhakarya berkaitan hubungannya dengan pelaksanaan Dewa Yadnya, sebagai simbol sidanya karya (puput lan mapikolih) karya yang dilaksanakan.
Pementasan Topeng Sidhakarya biasanya dilaksanakan pada tiga hari setelah upacara puncak, yakni pada Upacara Nyenuk. Pada upacara ini Topeng Sidhakarya dipentaskan guna untuk menerima tamu para Dewata yang membawa perlengkapan upacara, serta menjadi penyukses pelaksanaan yadnya. Selain itu pementasan Topeng Sidhakarya, sebagai tari sakral (Wali dan Bebali), juga sebagai suatu simbolis pengusir bhutakala agar tidak mengganggu pelaksanaan yadnya atau nyomya bhutakala, agar dapat membantu pelaksanaan yadnya (dari bhuta kasupat menjadi dewa)
“Oleh sebab itu baik seni dan juga adat harus tetap kita jaga, agar tetap lestari sekaligus mampu menjaga keseimbangan nyata secara skala dan juga niskala” ungkap Wagub Bali yang biasa disapa Cok Ace. (PT/LOKA)