ISTRI DIHUJAT DIMEDSOS, SUAMI IKUT BEBERKAN

KLUNGKUNG, LOKADEWATA.COM – Gonjang ganjing pemberitaan yang menyinggung salah seorang wakil rakyat Luh Kadek Dwi Yustiawati, belakangan banyak menghiasi ruang publik pemberitaan.

Menghadapi hal ini, Ketut Leo, suami dari Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati memaparkan, permasalahan yang sebenarnya terjadi berawal dari akun media sosial atas nama Gede Jimba dan Sekar Jepun yang beberapa bulan belakangan ini yang membongkar keburukan istrinya Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati di media sosial.

“Sebenarnya, apa yang dipaparkan oleh kedua akun atas nama Sekar Jepun dan Gede Jimba itu tidak keliru. Itu semuanya benar. Karenanya, saya sebagai suami Luh Dwi tidak tersinggung. Apa yang mereka katakan benar, karena emang seperti itulah sifat buruk istri saya beserta keluarganya,” ucapnya.

Ketut Leo melanjutkan, mungkin di muka bumi ini tidak banyak laki-laki yang bisa dan berani berkorban seperti dirinya terhadap seorang istri. Bukan hanya uang yang tidak terhitung banyaknya, namun Ketut Leo mengaku sampai berani berhutang sana sini dan menderita dikejar-kejar hutang hanya untuk bisa ‘ngulurin’ keinginan istri.

“Coba, saya kurang baik apa ?. Kurang berkorban apa saya selama ini untuk wanita dan keluarganya itu,” katanya didampingi sejumlah krama masyarakat Sental Kangin dan para relawan perjuangannya di Nusa Penida.

Kalau ngomong uang, lanjut Ketut Leo, mungkin lebih dari Rp 50 miliar sudah dihabiskan untuk ngulurin ‘keneh-nya’. “Saya mau memberi karena berharap dia bisa berubah menjadi orang yang berguna buat sesama dan bisa membanggakan buat keluarga. Tapi ternyata justru dia yang membawa aib yang sangat buruk buat keluarga saya,” ujar Ketut Leo menegaskan.

Dia melanjutkan dengan mengisahkan kronologis perkenalannya dengan Luh Dwi beserta keluarganya. Menurutnya, ia mengenalnya saat Luh Dwi masih bekerja sebagai SPG mobil di Nadia Auto Graha di MBG. Saat itu, ia berkenalan dan mulai dekat. Melihat keadaannya yang saat itu mencari uang sekolah sendiri tanpa bantuan orang tua dengan bekerja sebagai SPG, dan terkadang pulang sampai malam membawa motor Vario butut, Ketut Leo mengaku menjadi kasian.

Berawal dari rasa kasihan, Ketut Leo mulai menyuruhnya tidak lagi bekerja serta memintanya fokus sekolah tanpa perlu memikirkan biaya sekolah. Melihat kakinya yang cacat karena pernah mengalami cedera patah tulang akibat tabrakan hingga harus ‘ditanami’ besi, Ketut Leo mengaku menjadi bertambah iba.

Celakanya, kaki dengan besi itu terkadang membuat Luh Dwi kaget-kaget bagai terkena setrum, terutama saat musim hujan disertai suara petir. Akhirnya, kaki yang sudah tertanam besi selama 12 tahun itu, oleh Ketut Leo lantas dibantu untuk dilakukan operasi dengan membooking rumah sakit terbesar di Bali dan ditangani dokter yang paling senior di kamar presiden suite.

Setelah sembuh dari sakitnya, Ketut Leo membantu memanggilkan dosen untuk membantunya menyusun skripsi supaya dia cepat wisuda, dan setelah itu mereka menikah.

Setelah menikah, Ketut Leo mulai membelikan barang-barang mahal seperti tas perhiasan emas dan berlian yang super besar-besar bermerak berkelas seperti Fellies. Untuk membelikan perhiasan dan asesoris saja, ia mengeluarkan uang sebesar Rp 25 miliar karena berliannya besar-besar. Bahkan bukan hanya istrinya yang dibantu, dia pun kerap membantu keluarga yang lain seperti kakak dan adiknya Luh Dwi. Ia juga sering membantu bapak mertuanya, karena melihat kondisinya sudah tua dan kemana-mana membawa sepeda motor. Ketut Leo melihat hal ini berbahaya, sehingga langsung membelikan mobil buat mereka sekeluarga agar bisa menggunakannya sebagai kebutuhan operasional.

Ketut Leo menyatakan, dirinya benar- benar mempermak istrinya dan keluarganya mulai dari nol. Terlebih lagi istrinya itu dia ibarat orang yang buta dan baru ‘tumben’ bisa melihat. Ia benar-benar harus mempermaknya dan memberinya fasilitas super mahal-mahal. Ia sengaja mempermak semua pakaian istrinya dan perhiasannya, supaya dia tidak kalah saing saat masuk ke pergaulan dirinya yang notabene pengusaha-pengusaha ternama tanah air dan pejabat-pejabat ternama tanah air.

“Saya izinkan dia tidak mengurus rumah dan saya benar-benar manjakan dia. Memposisikannya bukan seperti wanita yang sudah berkeluarga, tetapi seperti putri raja yang manja di kerajaan saya. Saya izinkan dia untuk tidak bekerja, tidak ngurus banjar, tidak ngurus adat, tidak bekerja, serta saya izinkan dia serba memerintah asisten. Semua kegiatannya serba dibantu oleh asisten. Walaupun sifatnya seringkali tidak mencerminkan seperti orang yang punya perasaan, tetapi saya masih tetap biarkan karena menganggapnya masih belum dewasa. Dan melihat situasinya masih seperti itu, saya pun masukkan dia kepergaulan orang orang yang sudah sukses. Tujuan saya untuk mencetaknya supaya cepat dewasa dan bisa tahu arti kehidupan,” ujarnya.

Ketut Leo mengisahkan, Luh Dwi dulu kerap melarang dirinya kerja. Istrinya itu tidak tahu akan pentingnya dirinya bekerja. Ketut Leo bisa membelikan semua keinginan istrinya, karena dari hasil pekerjaan yang digelutinya.

Selama 3 tahun, katanya mengaku, pekerjaannya dihancurkan sama istrinya, dengan melarang dirinya berkomunikasi dengan notaris dan patner-patner perempuan. Istrinya juga selalu melarang menolong orang lain dan kerap marah-marah saat ia menolong warga yang datang minta tolong ke rumah. Tetapi ia tetap bersabar.

Suatu hari, ada partai politik meminta Ketut Leo untuk maju menjadi caleg dan ia menyatakan tidak bisa menerima permintaan itu karena lebih memilih mengabdi secara pribadi tanpa pangkat pada masyarakat. Tawaran ini disampaikan, karena partai melihat jiwa sosial Ketut Leo di masyarakat yang banyak membantu warga. Partai menginginkan biar ada dari keluarganya maju jadi caleg, dan akhirnya ia mengizinkan saat istri dan kakaknya dicalonkan jadi wakil rakyat.

“Walaupun sempat ragu dengan sifat buruk istri, tetapi saya masih berharap semoga saat dia terjun langsung ke dunia politik menjadi caleg dan membutuhkan dukungan masyarakat tentunya dia harus mulai belajar untuk berkorban pada masyarakat dan belajar mengasihi masyarakat dengan tulus. Saat itu saya berharap dengan dia jadi pejabat publik, wataknya menjadi lebih baik. Akhirnya dia pun maju sebagai calon dan terpilih dengan suara tertinggi dengan memanfaatkan kebaikan dan jasa- jasa saya di masyarakat yang sudah saya tanam dan perbuat di masyarakat dari usia 18 tahun hingga saat ini,” ucap Ketut Leo.

Ketut Leo mengatakan, walaupun istrinya terbilang anak kemarin sore umur muda dan bersifat kurang baik, tetap saja nama baik dan jasa-jasanya di masyarakat membuat warga banyak yang memilih istrinya sehingga dia terpilih dengan suara tertinggi. Tetapi setelah istrinya terpilih, watak aslinya berikut keluarganya sudah mulai nampak lagi. Bahkan, watak itu nampak mulai diperliatkan secara terang-terangan, sehingga istrinya jarang tinggal di rumah Ketut Leo.

“Dia tidak pernah melakukan kewajibannya sebagai seorang istri dan hanya selalu datang ke rumah suami sejam dua jam untuk mengambil kekayaan suami dan membawanya ke rumah orang tuanya. Dan dari sini, saya sudah putuskan mulai hari ini saya nyatakan saya sudah melepasnya dari statusnya sebagai istri saya. Dan mulai hari ini saya tidak bertanggung jawab lagi pada dia , dan terus terang aja dia sudah hampir 5 bulan ini tidak pernah ke rumah saya. Dan saat dia datang ke rumah sayapun pasti menunggu saya tidak ada di rumah saat saya tidak ada di rumah dia bersekongkol dengan pembantu saya yang bernama Agus yang kerap dihubungi nya digunakannya sebagai mata-matanya di rumah saya yang tugasnya Agus untuk memata-matai saya saat saya keluar rumah karena ada urusan kerjaan agus menghubungi saya dan dia langsung masuk ke kamar saya mengambil harta saya dan barang barang berharga milik saya dan dibawanya ke rumah bapaknya,” ujarnya.

“Saya tahu itu dari dulu tapi saya diam saja. Sejak dia terpilih dia tidak pernah ke rumah saya dan dia tinggal di rumah bapaknya atas arahan bapaknya, mungkin bapaknya sudah menganggap anaknya sudah cukup banyak mendapat harta saya dan anak nyapun sudah jadi pejabat berpenghasilan dari hasilnya memanfaatkan kebesaran nama suaminya dan memanfaatkan besarnya modal suami. Dan saat ini saya sudah putuskan untuk menceraikan nya dan saat ini dia sudah bukan menjadi tanggung jawab saya. Walaupun begitu saya akan terus mencicil dan membayar semua janji-janji saya yang saya ucapkan di masa kampanye dulu sampai detik ini pun saya masih terus mencicil semua janji janji yang saya ucapkan di masa kampanye walaupun istri saya sudah bukan sebagai istri saya lagi, tetapi tanggung jawab saya kepada semeton-semeton tim sukses para relawan para pemilih yang memilih calon saya waktu itu tetap akan menjadi kewajiban saya untuk mengayominya di kalaupun mantan istri saya ada melakukan kesalahan itu bukan tanggung jawab saya lagi. Dan sayapun sudah melapor ke kantor polisi penelantaran rumah tangga yang dilakukan oleh istri saya dan penelantaran suami yang dilakukan oleh istri saya karena tidak pernah datang memenuhi tanggung jawabnya sebagai istri, dan dia lebih memilik tinggal di rumah orang tuanya sambil menikmati harta saya yang dia ‘kajangin’ dan dia keruk di rumah saya dan dibawanya ke rumah bapaknya dikit demi dikit selama 5 tahun hingga saat ini dan juga menikmati gajih hasil dari perlolehan nya menjadi anggota dewan karena sempat berstatus istri saya sehingga masyarakat Klungkung mau memilih wanita bau kencur ini,” lanjutnya.

Ketut Leo menegaskan, karena kesabaran dirinya sudah habis sayapun sudah melapor ke polisi atas perbuatannya yang menterlantarkan rumah tangga dan menelantarkan suami dan membawa barang-barang suami, dan juga sudah siapkan surat yang saya tujukan untuk DPP PDI Perjuangan, DPD PDI Perjuangan dan DPC PDI Perjuangan, untuk dapat dijadikan dasar kajian untuk mencegah hancurnya nama partai karena ulah wanita ini yang telah menjadi contoh buruk buat gemerasi bangsa. Pejabat itu publik figur segala yang di lakukan nya akan menjadi contoh untuk di tiru oleh masyarakat jangan sampai kelakuan semacam ini yang menelantarkan rumah tangga yang menelantarkan suami yang melanggar ‘sesane’ sebagai istri dan melanggar sesane sebagai mertua, masak menikah sama suami hanya harta nya saja dimanfaatin dan kebesaran namanya dimanfaatin untuk dia meraih cita-citanya untuk menjadi orang besar sementara kewajibannya tidak mau dilakukan dan sesanepun diabaikan.

“Dan saya sudah merasa gagal mendidiknya sehingga saya ambil langkah bercerai ini supaya masyarakat Nusa Penida tidak mendapat imbas buruk dari kelakuannya, sehingga saya korbankan cinta saya dan mendepak wanita ini dari hidup saya dan mendepaknya dari Bumi Klungkung dan Bumi Nusa Penida supaya perbuatan buruknya tidak menjadi wabah yang menghancurkan masa depan generasi kita. Pada intinya saya memutuskan untuk menceraikannya karena orang itu sulit dididik untuk bisa menjadi orang benar dan sulit dididik untuk berjiwa tulus mencintai sesama. Sulit juga dididik menghargai sesamanya.
Dulu kami sering juga ribut karena melihatnya tidak ramah dengan masyarakat datang main ke rumah minta tolong. Sampai membuat saya malu dengan para tamu. Dan saat saya calonkan karena butuh tokoh, baru dia pura-pura baik. Dan sekarang setelah saya mampu memberinya suara hingga terpilih jadi dewan, watak aslinya keluar lagi. Melihat sifatnya tidak berubah seperti yang diharapkan, saya merasa takut kalau nanti dia akan membuat nama baik keluarga saya jadi hancur, sehingga saya memutuskan untuk menceraikannya supaya dia tidak lagi ada hubungan dengan keluarga saya. Supaya perbuatan buruknya tidak membuat keluarga besar kami tercoreng. Biar dah kelak dia maju jadi caleg tanpa membawa nama keluarga saya, apa ada partai yang mau menjadikannya caleg,” katanya. (TG/LOKA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *