DENPASAR, LOKADEWATA.COM – Istri Gubernur Bali Ny Putri Suastini Koster tampak tidak canggung berbaur bersama warga yang menonton lomba teater di Wantilan Art Centre Denpasar, Rabu (30/10) siang.
Dengan sapa dan senyum ramah, pendamping orang nonor satu di Bali itu terlihat begitu dekat dengan masyarakat yang sebagian besar adalah kaum pelajar tingkat SLTA. Sesekali wanita yang akrab dipanggil Bunda Putri itu memuji dan memotivasi para pelajar yang silih berganti menyalaminya. Dengan nada akrab, mengajak anak-anak muda tersebut untuk terus berkiprah di panggung kesenian.
“Apalagi sekarang sudah ada Festival Seni Bali Jani, nah ini kesempatan bagi generasi muda untuk mengeksplore kemampuan seni. Namun, pada lomba ini yang saya lihat adalah naskah-naskah yang dipentaskan berbeda. Untuk ke depan, mestinya yang dilombakan adalah naskah yang sama. Jadi masing-masing grup teater akan berpentas dengan kemampuan mengeksplore naskah drama itu sesuai kreativitas mereka,” ujarnya.
Misalnya naskah karya Putu Wijaya ‘Bila Malam Bertambah Malam’, yang dilombakan. Tentu setiap grup teater akan dapat berpentas sesuai penafsiran berkesenian dari masing-masing grup tersebut. “Naskahnya sama, namun dipastikan bentuk dan corak pementasannya pasti berbeda antara grup yang satu dengan yang lainnya,” ucap Bunda Putri, menjelaskan.
Dengan bentuk penyajian yang berbeda, pada gilirannya dewan juri akan dapat menilai tingkat apresiasi dan kemampuan dari suatu grup teater dalam menalar dan menterjemahkan suatu naskah drama ke dalam bentuk pertunjukan ke atas pentas.
Bunda Putri yang dikenal sebagai seniman multi talenta, menyempatkan hadir untuk menonton langsung perhelatan drama modern yang dipentaskan Teater Titik Dalam Koma yang membawakan lakon ‘Pada Gelahang’ di Wantilan Art Centre Denpasar siang itu.
Pementasan drama tersebut dilakukan dalam ajang ‘Lomba Teater Modern’ serangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2019 yang diselenggarakan sejak 26 Oktober hingga 8 November 2019.
“Kalau Pesta Kesenian Bali adalah ruang pertunjukan untuk seni tradisi Bali. Nah, seni modern tentu juga membutuhkan ruang juga. Inilah yang kita namakan Festival Seni Bali Jani,” ujar Ny Putri Koster.
Ia mengungkapkan, selama ini seniman modern kesulitan mengekspresikan diri karena minimnya ruang pertunjukan untuk mereka. Dengan adanya perhelatan Festival Seni Bali Jani, hal ini bisa teratasi dan generasi milenial yang ingin bermain musik, teater atau puisi, dapat mengekspresikan diri melalui karya pilihan mereka. (AP/LOKA)